Peralatan
komunikasi sudah ada sejak dahulu kala. Seiring dengan perkembangan zaman,
komunikasi mengalami kemajuan yang begitu pesat. Berikut ini beberapa jenis peralatan
komunikasi pada zaman dahulu.
1. Papyrus
Menurutmu
apa jadinya bila tidak ada kertas? Wah, tentunya tidak akan ada buku, koran,
majalah, dan surat menyurat. Kertas merupakan alat untuk menulis yang biasa
digunakan sehari-hari. Kamu juga menggunakannya, bukan? Tahukah kamu pada zaman
dahulu orang juga sudah mengenal kertas. Saat itu orang mengenalnya dengan sebutan
Papyrus. Papyrus
digunakan untuk mencatat sebuah kejadian atau untuk menyimpan data-data
perhitungan. Kertas ini terbuat dari daun tumbuhan papyrus.
Tanaman papyrus tumbuh
di daerah sungai Nil. Tanaman ini hanya dapat hidup di daerah yang lembab dan
basah. Daunnya panjang dan tinggi. Serat pohon ini juga terkenal kuat. Hal ini
dapat dibuktikan dengan masih tersimpannya teks-teks yang terbuat dari kertas papyrus
di perpustakaan Mesir Kuno. Cara membuat kertas dari papyrus
ini sangat mudah. Orang-orang zaman dahulu hanya perlu melapisi,
membasahi, dan mengeringkan daun papyrus.
Namun, sayangnya keberadaan dan penggunaan kertas papyrus
tidak dapat berkembang karena mulai tergeser dengan adanya kulit
binatang yang dapat digunakan untuk menulis.
2. Bereguh
Ada
berbagai cara yang dilakukan masyarakat untuk dapat berkomunikasi. Hal ini juga
dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah pelosok. Agar mereka
dapat saling berkomunikasi dengan lancar dan mudah, dibuatlah sebuah alat
komunikasi sederhana. Salah satu alat komunikasi yang dibuat adalah Bereguh.
Bereguh merupakan alat komunikasi tradisional masyarakat Aceh yang
penggunaannya dengan cara ditiup. Bereguh ini dapat menghasilkan beberapa nada,
tergantung cara meniupnya. Bereguh digunakan untuk berkomunikasi dalam jarak
yang berjauhan atau ketika berada dalam hutan. Bereguh terbuat dari tanduk
kerbau. Saat ini bereguh sudah jarang digunakan lagi.
3. Kulkul
Alat
komunikasi tradisional peninggalan leluhur lainnya adalah Kulkul. Kulkul serupa
kentongan yang terbuat dari kayu berongga. Kulkul digunakan oleh masyarakat
Bali untuk mengumpulkan warga. Cara menggunakan kulkul dengan dipukul seperti kentongan
di Jawa. Ketika kulkul dipukul, semua orang akan berusaha mendengarkan dan
mengartikan irama kulkul kemudian melaksanakannya.
Bagi
masyarakat Bali, kulkul mempunyai nilai sakral dan keramat. Oleh karena itu,
untuk membuat kulkul harus melalui proses yang panjang. Ada tahap-tahap
tertentu untuk membuatnya, mulai dari memilih kayu, menebang, dan akhirnya
membuatnya. Untuk tiap tahapan dilakukan berbagai macam upacara untuk
menghasilkan kulkul yang memiliki kekuatan magis dan suci.
Sesuai
kegunaannya kulkul dibagi menjadi empat jenis, yaitu Kulkul Dewa, Kulkul Bhuta,
Kulkul Manusa, dan Kulkul Hiasan. Kulkul Dewa dibunyikan untuk memanggil para dewa.
Kulkul Bhuta dibunyikan untuk memanggil Bhuta Kala agar keadaan alam menjadi
aman dan tenteram. Kulkul Manusa dibunyikan untuk kegiatan manusia baik yang
sudah disepakati seperti pertemuan, gotong royong, maupun keadaan yang mendadak
terjadi seperti banjir, kebakaran, dan lain sebagainya. Sedangkan Kulkul Hiasan
merupakan kulkul yang dibuat indah dengan diberi hiasan-hiasan. Kulkul hiasan
ini biasanya digunakan untuk souvenir.
Setiap jenis kulkul mempunyai irama yang berbeda-beda. Kulkul diletakkan di
tempat khusus yang diberi nama Bale Kulkul. Sampai sekarang kulkul masih
digunakan oleh masyarakat Bali.